![]() |
planner 5d |
Setelah sekian tahun tinggal
bersama orang tua akhirnya saya dan suami bertekad untuk bisa punya rumah
sendiri. Tinggal satu atap dengan 3 Kepala Keluarga tentu saja sudah tidak
sehat untuk kami. Baik itu dari kondisi rumah maupun hubungan keluarga satu
sama lain yang kadang sering bergesekan. Kadang banyak juga yang komentar “rumahnya
kan besar, mubazir” tetap saja saya tidak nyaman. Rumah yang homey, yang bisa
jadi tempat melepas penat setelah seharian bekerja pastinya jadi syarat penting
bagi semua orang yang punya rumah.
Salah satu hal yang membuat kami
memilih tinggal bersama orang tua apalagi kalau bukan masalah ekonomi. Kami
belum bisa bikin rumah, dan kalau ngontrak pun rasanya kok sayang ya uangnya.
Mending ditabung saja buat nanti kalau memang ada niat untuk bangun rumah. Jadi
dengan segala alasan itu kami mencoba bersabar dan bersyukur saja dengan kondisi
yang ada. Toh masih banyak diluar sana yang tidak punya tempat berteduh.
Namun ternyata walau kami bisa menerima
keadaan, belum tentu baik untuk anak-anak. Mereka sih asik-asik saja rame
dengan sepupu-sepupu, menggelar mainan dimana-mana. Apalagi anak saya suka sekali berbagi dengan
kakak sepupunya, yah termasuk mengajak lompat-lompat dikasur kamar
bersama-sama. Hadeew... Saya seperti kehilangan wilayah privasi sekaligus
kehilangan arah untuk memonitoring anak-anak karena lingkungan yang serasa
lebih kuat. Sedangkan saya dilemahkan oleh keadaan rumah yang membuat saya
kadang bad mood.
Ketika kami bertekat untuk
membangun rumah, kami sudah sepakat untuk tidak lagi menyentuh yang namanya Riba.
Jadi membeli ke developer dengan sistem kredit atau beli perumnas atau apalah
itu sudah kami coret dari daftar perencanaan. Ini bukan saja karena haram nya
riba, tapi memang setelah pernah merasakan sendiri bagaimana punya hutang ke
bank itu rasanya nggak enak banget. Kalau dihitung, bunganya aja udah bisa
bikin pondasi rumah. Tapi ini pendapat saya sendiri ya, saya menghargai setiap
pilihan orang yang mungkin tidak sepakat.
Setelah kami berdiskusi bagaimana cara membangun rumah dengan biaya murah dan tidak riba, akhirnya kami memilih untuk
membangun rumah secara bertahap saja alias nyicil. Kalau dulu orang-orang
tua dikampung biasanya beli bata dulu, kemudian semen, pasir, nanti kalau udah
cukup baru deh dipanggil tukang. Nah mungkin yang akan kami lakukan tidak
persis seperti itu tapi kurang lebih sama karena sama-sama nyicil . Apa bisa????
Hmmm Let’s see....
![]() |
nyicil batu |
Mendesain Sendiri
Kami mulai mencari ide-ide desain rumah
yang cocok dengan cara browsing di internet. Nggak perlu jasa arsitek, cukup
pake aplikasi planner 5D aja agar lebih gampang untuk dilihatkan pada Pak
Tukang. Biasanya mereka bisa menaksir kira-kira berapa biaya yang akan dihabiskan,
apa-apa saja bahan yang harus dibeli dan bagaimana sistemnya borongan atau
harian. Dengan perhitungan itu biasanya kita sudah bisa membayangkan biaya
yang harus disiapkan. Nah tinggal mikir gimana cari duitnya..hehe
Menetapkan Sistem Kerja dan Upah
Tukang
Kita bisa menetapkan apakah
pekerjaan dilakukan secara harian atau borongan. Dua-duanya menurut saya ada
kelebihan dan kekuranganya. Untuk sistem borongan biasanya harga upah sudah
dipatok berapa lama pun waktu pengerjaan. Biasanya pembayaran bisa dibagi 3
termin atau 4 tergantung kesepakatan. Kalau budget udah tersedia sejumlah yang
ditetapkan sistem ini sebenarnya bagus karena pekerjaan bisa lebih cepat.
Tapi kalau untuk sistem pekerjaan
yang harian upah dipatok perhari dan biasa dibayar perminggu. Kekurangannya
bisa saja tukang kerjanya malas-malas dan melambatkan pekerjaan agar upahnya
tambah besar. Tapi untuk menanggulanginya kita bisa bersepakat diawal,
kira-kira penyelesaiannya kapan. Kita pun bisa mengevaluasi pekerjaan,
bagaimana progressnya perminggu kalau emang lambat mending ganti tukang saja.
Kelebihannya dengan sistem ini kita bisa memberhentikan kerja sementara ketika
budget udah menipis dan kemudian nanti bisa dipanggil lagi kalau udah
terkumpul lagi.
Saya dan suami memilih tukang
harian saja karena memang sesuai dengan kondisi kami yang memang tidak punya
stok uang banyak. Dengan catatan tukangnya masih kenal dengan saudara dan
mengerti dengan kondisi kami. Alhamdulillah, sejauh ini tidak ada masalah.
Menentukan Tahap Pembangunan
![]() |
pengerjaan pondasi |
Rencananya kami membagi tahapan pembangunan rumah
sebagai berikut :
1. Pembuatan pondasi
2. Pembuatan dinding atau istilah
dikampung saya mambatu
3. Pemasangan Atap
4. Finishing
Kami membagi setiap tahapan
sedemikian rupa agar jeda yang ada tidak berpengaruh buruk terhadap konstruksi
bangunan sembari kami kembali mengumpulkan uang. Untuk finishing maunya sih
sampai bisa di huni aja walaupun belum total selesai. Nanti bisa di cicil lagi
untuk dekorasi dan sebagainya.
Saya mah let it flow aja, toh niat kami untuk membangun rumah bukan untuk bermewah-mewahan. Biar lambat asal selamat. hehe. Karena kalau menunggu tabungan cukup, sudah pasti gak bakalan pernah cukup karena harga yang terus naik. Lebih baik setiap ada rezeki langsung dibeli bahan bangunan saja, biar jelas prosesnya.
Sementara ini pembangunan rumah ini masih on the progress. Insya Allah akan saya update di blog ini. Agar kita sama-sama tau apa mungkin punya rumah dengan biaya murah? Mudah-mudahan bermanfaat untuk pembaca.
waa..alhamdulillah ii..udah mulai berdiri rumahnya..
BalasHapuslagi berusaha juga punya rumah sendiri i, lagi nabung, karena udah sepakat ga mau pinjam ke bank atau ngambil KPR dengan alasan yg sama dg ii...
beli tanah di padang mihil banget hiks... sampai skg belum nemu yg sreg.. do'a kan bisa segera nemu tanah yg cocok.. bisa nabung bangun rumah juga secepatnya ya i.. :D
alhamdulillah fit, semoga di mudahkan ya danish punya rumah..amiin ya rabb
HapusCita-cita saya bisa bangun rumah minimalis desain sendiri Mba. Semoga aja bisa tercapai hihi. Tips-nya bener banget tuh. Orangtua saya dulu bangun rumahnya nyicil juga, bedanya desainnya cuma pake oret-oretan kertas bukan pake software. Haha
BalasHapusOh iya, blognya kalo dikunjunggi tanpa www eror Mba, mungkin belum di aktifkan redirect otomatisnya di dashboard blogger. Sama https-nya belum diaktifin padahal ada fiturnya dr blogger gratis Mba.
BalasHapusWah makasih udh ngasih tau, masih kagok nih ngutak atik
Hapusaaaak halo mbak iz,.. semoga lancar mbak pembangunan rumahnya hehe
BalasHapusamiin makasih doanya ^_^
Hapuswah perlu perincian yang matang ya
BalasHapuskeren banget, penuh persiapan dalam membangun rumahnya.
BalasHapusSaya bikin rumah dengan dana seadanya. Pertama beli tanah, kemudian bikin rumah secara borongan karena saya masih di luar kota. Total 3 kali renovasi, karena ketika ada dana nambah bangunan.
BalasHapusSemangat mbak, semoga rejeki lancar, demikian juga proses pembangunan rumahnya.
Waaahh asyik nih, Alhamdulillah ya mba.
BalasHapusUpah tukang itu agak2 gimana ya, bingung mana yang baik.
Saya pernah kerja di kontraktor rumah mewah, selalu beteh kalau urusan tukang.
Pakai sistem borong, kualitasnya asal.
Pakai harian, ampuuunn di malas-malasin. duuhhh beteeee kalau udah urusan tukang hiks
haha bener banget mba, kdg dilema juga tapi akhirnya saya pakai jurus pasrah aja hehe...skrg aja agak gimanaa gitu yg harian ini kerjanya kadag seharian itu banyak kadang banyak dudukknya juga...
HapusSaya kemaren mendesain kantor pake 5D planner meski hasil akhir diserahkan ke konsultan, paling tidak arsitek yg mengerjakan udah kebayang mau kita.
BalasHapusSalut mba udh pny istana sendiri dengan desain sendiri